RSS
Container Icon

KEHIDUPAN BERBANGSA DAN BERNEGARA

Thumbs up

BANGKA SELATANAKHLAK TERPUJI DAN AKHLAK TERCELA DALAM HUBUNGAN DENGAN KEHIDUPAN BERBANGSA

BAB I

PENDAHULUAN

Keberhasilan Rasulullah Saw dalam menyebarkan agama Islam benar-benar mengagumkan. Hanya dalam waktu kurang dari 25 tahun beliau berhasil mengubah masyarakat jahiliah yang sangat dekaden menjadi masyarakat yang berperadaban tinggi dan sangat disegani bangsa-bangsa di sekitarnya. Beliau berhasil menegakkan suatu negara yang oleh sosiolog modern seperti Robert M. Bella diakui sebagai negara yang boleh disebut sebagai negara modern.

Konstitusinya yang dikenal dengan Piagam Madinah (Al-Shahifah Al-Madinah) dipandang oleh Cak Nur (Dr. Nurcholish Madjid) mirip dengan Undang-Undang Dasar 1945 yang mengatur suatu masyarakat majemuk. Kemudian, tidak lebih dari 200 tahun bangsa Arab telah menjadi satu-satunya super power di dunia saat itu, tidak saja dalam bidang politik, tetapi juga dalam pengembangan ilmu pengetahuan. Hingga abad 18, karya-karya kaum Muslim zaman Abbasiah dipelajari dan dijadikan referensi di berbagai perguruan tinggi Eropa. Oleh karena itu, para sejarawan dan ahli-ahli dalam berbagai disiplin ilmu, baik dari kalangan Islam sendiri maupun dari luar Islam, terus-menerus mempelajari sejarah hidup Rasulullah saw. Mereka yakin, di dalam dakwah Rasulullah saw., terdapat kunci-kunci sukses yang dapat diteladani dan direaktualisasikan di zaman modern. Dengan semangat seperti itulah tulisan ini disajikan.

B. Rumusan Masalah

Dalam makalah ini secara garis besar rumusan masalahnya adalah :

a. Apakah pengertian mora dan akhlaq (etika) ?

b. Bagaimanakah cara untuk membangunan moral dan akhlak bangsa ?

c. Kenapa memperbaiki diri sendiri lebih diutamakan dari pada memperbaiki sistem yang ada ?

d. Seberapa pentingkah akhlakul karimah dalam kehidupan modern dan makna amanah dalam konteks akhlak bangsa ?

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Moral dan Akhlak (etika)

Moral adalah prinsip-prinsip yang berhubungan dengan benar atau salah, pengertian tentang perbedaan antara salah dan benar. Sedangkan akhlak ialah seperangkat tata nilai yang bersifat samawi dan azali, yang mewarnai cara berfikir, bersikap dan bertindak seorang muslim terhadap alam lingkungannya.
Menurut Al-Ghazali :

Akhlak ialah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa yang daripadanya timbul perbuatan-perbuatan dengan mudah, dengan tidak memerlukan pertimbangan pikiran lebih dahulu.

Akhlak umumnya disama artikan dengan arti kata budi pekerti, kesusilaan atau sopan santun dalam bahasa Indonesia, atau tidak berbeda pula dengan arti kata ethic (etika).

Dimana-mana setiap kesempatan dan situasional orang berbicara tentang etika. Memang etika ini menarik untuk dibicarakan, akan tetapi sulit untuk dipraktekkan. Etika adalah sistem daripada prinsip-prinsip moral tentang baik dan buruk. Baik dan buruk terhadap tindakan dan atau perilaku.

Ethics dapat berupa etika (etik), yaitu berasal dari dalam diri sendiri (hati nurani) yang timbul bukan karena keterpaksaan, akan tetapi didasarkan pada ethos dan esprit, jiwa dan semangat. Ethics dapat juga berupa etiket, yaitu berasal dari luar diri (menyenangkan orang lain), timbul karena rasa keterpaksaan didasarkan pada norma, kaidah dan ketentuan. Etika dapat juga berarti tata susila (kesusilaan) dan tata sopan santun (kesopanan) dalam pergaulan hidup sehari-hari baik dalam keluarga, masyarakat, pemerintahan, berbangsa dan bernegara. Dalam kelompok tertentu misalnya memiliki kode etik, rule of conduct, misalnya students of conduct, kode etik kedokteran, dan atau kode etik masing-masing sesuai dengan profesinya.

Kesusilaan adalah peraturan hidup yang berasal dari suara hati manusia. Kesusilaan mendorong manusia untuk kebaikan akhlaknya. Kesusilaan berasal dari ethos dan esprit yang ada dalam hati nurani. Sanksi yang melanggar kesusilaan adalah batin manusia itu sendiri seperti penyesalan, keresahan dan lain-lain.

Kesopanan adalah peraturan hidup yang timbul karena ingin menyenangkan orang lain, pihak luar, dalam pergaulan sehari-hari, bermasyarakat, berpemerintahan dan lain-lain. Kesopanan dasarnya adalah kepantasan, kepatutan, kebiasaan, kepedulian, kesenonohan yang berlaku dalam pergaulan (masyarakat, pemerintah, bangsa dan negara). Kesopanan dititik beratkan kepada sikap lahiriah setiap subyek pelakunya, demi ketertiban dan kehidupan masyarakat dalam pergaulan. Sanksi terhadap pelanggaran kesopanan adalah mendapat celaan di tengah-tengah masyarakat lingkungan dimana ia berada, misalnya dikucilkan dalam pergaulan.
Apabila kita berbicara tentang etika ini, maka akan kita temukan beberapa pengertian antara lain :

a. Etika : sistem daripada prinsip-prinsip moral, dapat juga berarti rules of conduct, kode sosial (social code), etika kehidupan. Dapat juga berarti ilmu pengetahuan tentang moral atau cabang filsafat.

b. Ethos (jiwa) : karakteristik dari masyarakat tertentu atau kebudayaan tertentu.

c. Esprit (semangat) : semangat d’corps, loyalitas dan cinta pada kesatuan, kelompok, masyarakat, pemerintah dan lain-lain.

d. Rule (ketentuan, peraturan) : ketentuan-ketentuan dalam kebiasaan pergaulan masyarakat yang memberi pedoman atau pengawasan atau kegiatan tentang benar dan salah.

e. Norma : merupakan standar, pola, patokan, ukuran, kriteria yang mantap dari masyarakat atau pemerintah.

f. Moral : prinsip-prinsip yang berhubungan dengan benar atau salah, pengertian tentang perbedaan antara salah dan benar.

B. Pembangunan Moral dan Akhlak Bangsa

Keberhasilan dan kegagalan suatu negara terletak pada sikap dan prilaku dari seluruh komponen bangsa, baik pemerintah, DPR (wakil rakyat), pengusaha, penegak hukum dan masyarakat. Apabila moral etik dijunjung oleh bangsa kita maka tatanan kehidupan bangsa tersebut akan mengarah pada kepastian masa depan yang baik, dan apabila sebaliknya maka keterpurukan dan kemungkinan dari termarjinalisasi oleh lingkungan bangsa lain akan terjadi.

Bangsa kita terlalu terkonsentrasi dengan teori politik dan teori kehidupan yang berkiblat pada dunia barat dan timur saat membangun masyarakat. Bahkan kecenderungan untuk meninggalkan identitas timur religius lebih kentara. Di era 1950 - 1960 an negara kita berganti-ganti haluan politik seperti liberalisme, capitalisme komunisme dan nasionalis agama (nasakom) pernah dilalui dengan menggunakan pola trycle and error, sehingga mengalami keterlambatan sikap karena sering berganti pola politik yang pada akhirnya kita mengalami keterpurukan dan mendapat label negara terburuk baik di level regional, Asia maupun dunia. Hal ini terjadi diseluruh aspek kehidupan; di dunia politik, ekonomi, sosial, budaya dan sistem penegakan hukum.

Selama ini pembangunan nasional meliputi bidang agama, sebagai buktinya secara kuantitatif dan formalitas tempat ibadah kita dan seremoni keagamaan kita tampak ramai. Namun krisis moral terjadi sampai kini, disinilah sebuah tantangan bagi pemerintah dan pemuka agama, formalitas vs realitas.

Jalan keluarnya adalah bahwa kini harus mempunyai orientasi berbeda dengan sebelumnya. Kalau masa lalu seluruh bentuk pembangunan, termasuk bidang agama, berorientasi pada monoloyalitas politik, kini tentu harus diubah total. Orientasinya hendaknya untuk memperbaiki moralitas bangsa kita dan untuk memberdayakan masyarakat pemeluknya untuk hidup aman (hasanah) di dunia dan di akhirat kelak.

Dengan demikian maka perbaikan masa depan bangsa harus dimulai dengan perbaikan etika moral yang berlandaskan agama, karena identitas bangsa kita adalah identitas timur yang religius dimana hampir seluruh agama yang terlahir di dunia ini semua berasal dari dunia timur; agama Yahudi, Kristen, Hindu, Budha, Konghucu, Shinto berikut seluruh sektenya. Terutama harus dimulai dari perilaku para pemimpin bangsa, karena perilaku masyarakat pada umumnya seperti lokomotif dan gerbong, alurnya dari bawah hingga tingkat atas berjalan estafet mengikuti arah dan stratifikasi sosial yang ada.

Etika berkuasa menurut Al-Ghazali

Seperti hikmah-hikmah yang diungkapkan Imam Al-Ghazali tentang perilaku masyarakat akan sangat dipengaruhi oleh perilaku pimpinannya :
"Jika penguasa korup, maka korupsi akan menjadi trend dikalangan para pengikutnya. Keruntuhan dan kemakmuran suatu bangsa sangat bergantung pada perilaku dan etika berkuasa pemimpinnya".

"Agama dan kekuasaan adalah saudara kembar seperti dua orang bersaudara yang dilahirkan dari satu perut yang sama Oleh karena itu wajib bagi seorang penguasa untuk menyempurnakan agamanya dan menjauhkan hawa nafsu, bid'ah, kemungkaran, keragu-raguan dan setiap hal yang mengurangi kesempurnaan syariat".

"sesungguhnya tabi'at rakyat merupakan tabi'at dari para penguasa".
Orang-orang awam melakukan perbuatan yang merusak karena mengikuti perbuatan para pembesar, mereka meneladani dan mencontoh tabiat para pembesar, seperti yang terjadi pada sejarah al-Wahid bin Abdul Malik dari keturunan bani Umayyah memiliki kegemaran terhadap bangunan dan pertanian, maka dengan serta merta rakyat dan bangsanya turut meneladani, tetapi ketika Sulaiman bin Abdul Malik kegemarannya makan, jalan-jalan dan memperturutkankan syahwat maka seluruh rakyatnya meneladani dan mengikutinya.

Jadi benang merah pembentukan masyarakat bangsa dan Negara berkehendak membentuk tatanan kehidupan yang memiliki etika moral yang berlandaskan agama adalah harus diawali dengan penataan kepemimpinan yang bersifat komprehensif, tidak saja presidenya akan tetapi seluruh komponen kepemimpinan; wakil rakyat, penegak hukum, pemegang kekuasaan di bidang perekonomian, pendidikan dan seluruh unsur birokrasi pelayanan rakyat harus ditata kembali. Pemimpin negara, wakil rakyat dan seluruh pemegang kekusaan dari gubernur sampai ke tingkat pemerintahan dan tokoh masyarakat etika dan moralnya harus merujuk kepada agama. Tidak ada lagi pemimpin yang dzalim kepada rakyat, bangsa dan negaranya. Rasulullah bersabda yang diriwayatkan dari Umar :

" Sesungguhnya ketika Allah menurunkan Adam ke bumi, diwahyukan kepadanya empat perkataan,. Allah berfirman , Wahai Adam, Ilmumu dan Ilmu keturunanmu terdapat dalam empat perkataan, yaitu satu perkataan untuk-Ku, satu perkataan untukmu, satu perkataan antara Aku dan engkau, serta satu perkataan antara engkau dan manusia; Perkataan untuku adalah sembahlah Aku dan jangan menyekutukan Aku, Perkataan untukmu adalah Aku akan menyelamatkanmu dengan ilmumu, Perkataan antara engkau dan Aku adalah engkau berdoa dan Aku yang akan mengabulkan, perkataan antara engkau dan manusia adalah berbuat adil dalam urusan mereka, dan berbuat adil lah diantara mereka ".

Ibnu Qatadah berkata :

Kedzaliman ada tiga jenis : Kedzaliman yang tidak ada ampunan bagi pelakunya, kedzaliman yang tidak terus menerus, dan kedzaliman yang terdapat ampunan bagi pelakunya; Kedzaliman yang tidak ada ampunan bagi pelakunya adalah menyekutukan Allah, kedzaliman yang tidak terus menerus adalah kedzaliman yang dilakukan sebagian manusia kepada sebagian lainnya. Sedangkan kedzaliman yang terdapat ampunan adalah kedzaliman manusia atas dirinya karena melakukan perbuatan dosa, kemudian ia bertobat dan kembali kepada rabbnya. Allah akan mengampuni orang itu karena rahmat-Nya, dan memasukannya ke surga dengan karunianya.

Memantapkan fungsi, peran dan kedudukan agama sebagai landasan moral, spiritual dan etika dalam penyelenggaraan negara serta mengupayakan agar segala peraturan perundang-undangan tidak bertentangan dengan moral agama-agama.
Meningkatnya pemahaman dan pengamalan ajaran agama bagi individu, keluarga, masyarakat dan penyelenggara negara dan terbangunnya harmoni sosial guna mempererat persatuan dan kesatuan nasional. Hal ini karena berkeyakinan bahwa pengembangan pribadi, watak dan akhlak mulia selain dilakukan oleh lembaga pendidikan formal, juga oleh keluarga, lembaga sosial keagamaan dan lembaga pendidikan tradisional keagamaan serta tempat-tempat ibadah.

C. Memperbaiki Diri Sebelum Memperbaiki Sistem

Di antara prioritas yang dianggap sangat penting dalam usaha perbaikan (ishlah) ialah memberikan perhatian terhadap pembinaan individu sebelum membangun masyarakat; atau memperbaiki diri sebelum memperbaiki sistem dan institusi. Yang paling tepat ialah apabila kita mempergunakan istilah yang dipakai oleh Al Qur'an yang berkaitan dengan perbaikan diri ini; yaitu:

"...Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri..." (QS. Ar-Ra'd: 11)

Inilah sebenarnya yang menjadi dasar bagi setiap usaha perbaikan, perubahan, dan pembinaan sosial. Yaitu usaha yang dimulai dari individu, yang menjadi fondasi bangunan secara menyeluruh. Karena kita tidak bisa berharap untuk mendirikan sebuah bangunan yang selamat dan kokoh kalau batu-batu fondasinya keropos dan rusak. Individu manusia merupakan batu pertama dalam bangunan masyarakat. Oleh sebab itu, setiap usaha yang diupayakan untuk membentuk manusia Muslim yang benar dan mendidiknya dengan pendidikan Islam yang sempurna harus diberi prioritas atas usaha-usaha yang lain. Karena sesungguhnya usaha pembentukan manusia Muslim yang sejati sangat diperlukan bagi segala macam pembinaan dan perbaikan. Itulah pembinaan yang berkaitan dengan diri manusia.

Sejak badai krisis multi dimensi merasuki bangsa Indonesia, secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi cara hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, sehingga secara realitas kita seperti kehilangan visi dan misi atau arah keberadaannya. Fenomena kekerasan yang terkadang dibumbui sentimen agama, maraknya Kolusi Korupsi dan Nepotisme (KKN) dan cara penyelesaian segala persoalan yang pragmatis, menjadi pemandangan yang kontras dengan nilai-nilai keberagamaan bangsa yang konon tersohor di mata dunia akan kerukunan dan toleransinya. Lalu mengapa dengan cepat sekarang ini bangsa kita terkenal sebagai bangsa yang bercitra negatif?

Krisis multi dimensi tidak segera lepas seperti negara lain yang mengalami nasib sama, sebab utamanya adalah karena mengingkari aspek spiritualitas dan religiusitas sebagai ciri dan kekayaan bangsa kita yang konon pluralis dalam agama dan kepercayaan yang adalah sumber dan asal-usul dari spiritualitas. Spritualitas dan religiusitas merupakan buah-buah atau rohnya umat beriman, dan jika tidak demikian niscaya umat beragama akan kehilangan jati diri keberimanannya, yang akhirnya akan jatuh pada aspek lahiriah yang berbaju formalitas, hirarkis, ritualis dan apologetis. Semua ini tentu saja jauh dari apa yang disebut agama sebagai pemberi inspirasi dan transubstansi yang kontekstual.

Lembaga pendidikan di segala tingkat sebagai wadah untuk meningkatkan kualitas SDM yang mengajarkan pendidikan keagamaan, selama ini belum mampu menjadi oase spritualitas karena metode pendidikan keberagamaan disampaikan seperti bidang studi lain, yang menekankan pengajaran dan transfer iptek dengan segala sistem dogmatika kurikulumnya. Sehingga aspek spritualitas nyaris belum tersentuh. Akibatnya peserta didik kurang respek terhadap hal-hal yang bernuansa keberagamaan, dan lambat-laun bangsa ini akan mengalami fase pemiskinan pengalaman beragama dalam entitasnya dengan kebersamaan.

Dan jika tidak segera tersolusi, maka di kemudian hari akan keropos, serta eksesnya akan menjadi bangsa dengan citra temperamental dan emosional. Dalam skala besar dapat menjadi ancaman bagi kelangsungan hidup berbangsa dan bernegara. Namun jika tertangani sejak dini maka akan dapat menjadi jaminan kokohnya keutuhan bersama sebagai anak bangsa. Semakin dini peserta didik harus dicerahkan untuk melihat dan mengalami bahwa hidup bersama dibangun berdasarkan pada kenyataan terutama dari aspek spritualitas. Berdasarkan itulah kebenaran, kejujuran, dan kedamaian tumbuh dan berkembang subur.

Sesungguhnya keberagamaan mempunyai kemampuan luar biasa atau “mukjizat” untuk memberi kontribusi guna memecahkan persoalan apapun yang dialami bangsa atau umat manusia, sejauh para pemeluknya dapat memberdayakannya. Kekuatan dahsyat keberagamaan yang tidak dimiliki kekuatan lain ialah berupa kekuatan spiritual dan kekuatan sosial.
Sejauh ini hanya kekuatan sosial agama yang diberdayakan yang kentara bernuansa politis, sedang aspek spritualnya dimarginalkan atau dialternatifkan, yang berakibat ketidakseimbangan keberimanan terjadi dari hulu sampai ke hilir. Indikasi yang kasat mata, dimana persoalan hidup berbangsa tidak berkurang tetapi malah bertambah kuantitas dan kualitas kompleksitasnya, disamping itu para pemeluk agama berada diambang krisis spiritual dan jika dibiarkan eksesnya akan lebih dramatis dibandingkan dengan krisis-krisis lainnya.

Berdasarkan akan realitas kekinian sangat tepat jika aspek spritualitas dikedepankan untuk memberi kontribusi mengatasi masalah sekarang ini. Dimana kekuatan politik, hukum, ekonomi, keamanan setelah diberi limit waktu tidak mampu mengentas apalagi menyembuhkan sakit kronis bangsa ini. Justru menjadi lahan konflik baru terutama di era otonomi daerah sekarang ini. Tidak ada jalan lain bagi bangsa ini yang memproklamirkan sebagai bangsa religius, untuk merefleksikan kembali secara bersama dan konsisten akan panggilan keberagamaannya dengan panduan para tokoh spritual.
Tokoh spritual biasanya justru lahir ketika zaman dalam kondisi chaos atau krisis seperti yang kita alami. Kelahirannya lebih dapat membawa harapan solusi dari pada tokoh elit dan tokoh birokratik. Paradigma tokoh spiritual ialah pribadi beriman yang konsekwen, sistematis merefleksikan panggilan keimanan dimana doa, dan kedisiplinan menjadi nafas hidupnya. Sehingga memurnikan motivasi paritipasinya bergulat dalam ziarah hidup bersama. Atau dengan kata lain pribadi yang menjalankan prinsi-prinsip kenabian dalam situasi dan kondisi kekinian, berani bersaksi dan bertindak atas nama kebenaran sekaligus menjadi mediator vertikal dengan Sang Pencipta maupun horisontal dngan sesama.

Kemerdekaan menjadi kepribadiannya sekalipun tidak bisa tidak harus berdiri pada basis latar belakang kontekstualnya. Ia hadir sebagai agen perubahan mental dan sosial untuk memecahkan persoalan pada jamannya dan tidak pernah mengorbankan martabat manusia apapun alasannya. Tetapi kita masih harus bersabar dalam doa, karena sekalipun kondisi krisis sudah kronis belum ada tokoh spiritual yang terpanggil dan berani tampil dipentas publik. Malahan yang hadir tokoh politik, birokrat, pengusaha dan tokoh LSM yang selalu ironis dan tidak pernah bisa duduk bersama guna menyelesaikan masalah, tetapi malah saling berlawanan dan tuding-tudingan mencari pembenaran masing-masing.

Realitas tersebut membenarkan asumsi bahwa religiusitas dan spiritualitas kita belum sampai pada tahap internalisasi tetapi baru formalisasi. Indikasi langsung maupun tidak langsung yang terjadi adalah prestasi kebangsaaan kita terus berada pada titik nadir. Kecuali itu paradigma hidup berbangsa menjadi bias karena tidak mempunyai model spiritualitas yang legitim bagi semua anak bangsa.

Sebaliknya budaya KKN tumbuh subur, pelayanan dari negara tidak berjalan sebagaimana seharusnya, hati nurani tumpul nyaris tidak ada lagi semangat pengorbanan. Lalu narkoba, maksiat, judi, kriminalitas takhayul dan gejala destruktif lainnya dengan modus-operandi macam sindikat menjadi pemandangan sehari-hari. Sedang gejala krisis spiritualitas intern dalam keberagamaan di era globalisasi sekarang ini ialah umat beragama enggan, tabu dan tidak lagi mempercayai “mukjizat” sebagai kekayaan iman, tetapi malah vulgar meyakini hal-hal yang akrobatik dan spektakuler yang mudarat.

Sebagai orang beriman dan berdasarkan situasi kronis yang kita alami sebagai bangsa, nihil dapat mengentas persoalan, apalagi hanya mengandalkan rasio dan akal budi kecuali terjadi “mukjizat”. Oleh karena itu perlu adanya pemandangan baru tentang mukjizat dari para beriman secara wajar dan proporsional tidak ditabukan tetapi diberdayakan, bukan bagian sejarah masa lalu tetapi untuk sepanjang masa. Sejarah Nabi memang sudah ditutup atau berakhir, tetapi spiritualitas kenabian tidak akan pernah berakhir, justru harus semakin berkembang jumlah dan mutunya untuk mengawal sejarah hidup manusia.

Setiap agama dan kepercayaan sesuai dengan visi dan misinya mempunyai latar belakang pengalaman akan Sang Pencipta yang mempunyai mukjizat tinggi bagaimana para orang beriman memberdayakannya. Pertobatan dapat menjadi awal terjadinya mukjizat didukung sikap dan perilaku tidak dikotomis, artinya orang harus taat pada kebenaran dan menolak tegas segala bentuk kejahatan bukan dengan perkataan tetapi dengan konsekuensi. Apabila perilaku seperti itu yang terjadi terutama bagi para elit berarti “mukjizat” mulai terjadi. Kontribusi keberagamaan terealisir, spiritualitas meresapi selurruh pribadi, religiusitas tumbuh subur Indonesia baru yang dicita-citakan niscaya menjadi kenyataan

Kita masih berada pada posisi sulit dihadapkan dengan aneka masalah kebangsaan. Menginventarisasi masalah tentu mudah, namun meracik formula solusi yang tepat, apalagi mengimplementasikannya tidaklah gampang karena ruwetnya persoalan serba dimensi itu. Namun, tidak berarti bangsa ini pasrah saja karena selalu ada jalan keluar untuk setiap masalah dengan kata kunci serius, kerja keras, padu, mendahulukan kepentingan bangsa, dan rela berkorban. Karenanya, perlu upaya menembus kebuntuan masalah, baik dengan terobosan jangka pendek maupun langkah strategis jangka panjang. Dalam beberapa segi pemerintah telah melakukan hal itu, namun masalah utama yang tampak benderang adalah masih jauhnya bangsa ini dari kata kunci di atas.

Tatanan sosial masyarakat di atas setidaknya dapat kita terjemahkan sebagai masyarakat madani. Sebuah tata masyarakat yang diyakini sebagai "anak kandung" dari peradaban Islam. Mengingat, karakteristik akhlak dan budi pekerti yang luhur, bersumber pada nilai dan ajaran agama terlihat begitu kentara di dalamnya. Masyarakat madani sejatinya bukanlah konsep yang ekslusif dan dipandang sebagai dokumen usang. Ia merupakan konsep yang senantiasa hidup dan dapat berkembang dalam setiap ruang dan waktu. Mengingat landasan dan motivasi utama dalam masyarakat madani adalah Al Quran.

Meski Al Quran tidak menyebutkan secara langsung bentuk masyarakat yang ideal namun tetap memberikan arahan atau petunjuk mengenai prinsip-prinsip dasar dan pilar-pilar yang terkandung dalam sebuah masyarakat yang baik. Secara faktual, sebagai cerminan masyarakat yang ideal kita dapat meneladani perjuangan rasulullah mendirikan dan menumbuhkembangkan konsep masyarakat madani di Madinah.

D. Akhlakul Karimah dalam Kehidupan Modern

Saat ini kita berada di tengah pusaran hegemoni media, revolusi iptek tidak hanya mampu menghadirkan sejumlah kemudahan dan kenyamanan hidup bagi manusia modern, melainkan juga mengundang serentetan permasalahan dan kekhawatiran. Teknologi multimedia misalnya, yang berubah begitu cepat sehingga mampu membuat informasi cepat didapat, kaya isi, tak terbatas ragamnya, serta lebih mudah dan enak untuk dinikmati. Namun, di balik semua itu, sangat potensial untuk mengubah cara hidup seseorang, bahkan dengan mudah dapat merambah ke bilik-bilik keluarga yang semula sarat dengan norma susila .

Kita harus kaya informasi dan tak boleh ketinggalan, jika tidak mampu dikatakan tertinggal. Tetapi terlalu naif rasanya jika mau mengorbankan kepribadian hanya untuk mengejar informasi dan hiburan. Disinilah akhlak harus berbicara, sehingga mampu menyaring “ampas negatif” teknologi dan menjaring saripati informasi positif.

Dengan otoritas yang ada pada akhlakul karimah, seorang muslim akan berpegang kuat pada komitmen nilai. Komitmen nilai inilah yang dijadikan modal dasar pengembangan akhlak, sedangkan fondasi utama sejumlah komitmen nilai adalah akidah yang kokoh, Akhlak, pada hakekatnya merupakan manifestasi akidah karena akidah yang kokoh berkorelasi positif dengan akhlakul karimah.

Mencermati Fenomena aktual di tengah masyarakat kita dapat memperoleh kesimpulan sementara bahwa sebagian hegemoni media secara umum, hegemoni televisi terasa lebih memunculkan dampak negatif bagi kultur masyarakat kita. Tidak dipungkiri adanya dampak positif dalam hal ini, meski terasa belum seimbang dengan “pengorbanan” yang ada.

Televisi yang sarat muatan hedonistis menebarkan jala untuk menjaring pemirsa dengan berbagai tayangan yang seronok penuh janji kenikmatan, keasyikan, dan kesenangan. Belum lagi penayangan film laga yang berbau darah, atau iklan yang mengeksploitasi aurat. Adanya sekat-sekat kultur dipandang tidak relevan di era global ini, sehingga sensor dipandang sebagai sesuatu yang aneh dan tidak diperlukan lagi.Menghadapi fenomena seperti ini hanya satu tumpuan harapan kita, yakni pendarahdagingan akhlak melalui keluarga, sekolah, dan masyarakat.

Adanya fenomena sosial yang muncul dalam beberapa tahun belakangan ini membutuhkan terapi yang harus dipikirkan bersama. Banyaknya mall, maraknya hiburan malam, beredarnya minuman keras dan obat terlarang, munculnya amukan massa merupakan fenomena yang harus dicermati dan dicarikan solusi. Munculnya mall di kota-kota besar, satu sisi membuat orang betah berbelanja di ruang-ruang sejuk yang sarat dengan dagangan tertata rapi dan warna-warni, tetapi disisi lain sebagian mall mulai difungsikan untuk mejeng bagi ABG dan mencari sasaran “pasangan sesaat” dengan imbalan materi maupun kepuasan badani. Menghadapi kenyataan ini gerakan bina moral serentak untuk menanamkan akhlakul karimah serasa tidak dapat ditunda lagi.

Belum lagi munculnya tempat hiburan malam yang dilengkapi dengan minuman keras serta peredaran obat-obat terlarang yang banyak menimbulkan korban-korban generasi muda. Menghadapi persoalan ini di samping perlunya pengawasan orang tua terhadap putera-puterinya di rumah disertai contoh yang baik dalam berakhlakul karimah, juga diperlukan tindakan represif dari aparat terkait.

Upaya menumbuhkan-kembangkan akhlakul karimah merupakan taggung jawab bersama, yakni keluarga, sekolah, pemerintah, dan masyarakat. Keempat institusi tersebut memiliki tanggung jawab bersama untuk mendarah-dagingkan akhlakul karimah, terutama di kalangan generasi muda.

Hampir setiap hari melalui media masa kita disuguhi munculnya fenomena amukan massa di beberapa kota besar yang ditandai dengan pembakaran pusat pertokoan, penghancuran tempat ibadah, bahkan perusakan kantor polisi maupun berbagai kalangan. Untuk menghindari terulangnya serangkaian peristiwa amukan tersebut, di samping perlu dicari akar masalahnya dan diselesaikan, fenomena tersebut hendaknya dijadikan pemicu gerakan pendidikan moralitas bangsa, dengan menjadikan akhlakul karimah sebagai acuan utama.

Urgensi akhlak semakin terasa jika dikaitkan dengan maraknya aksi perampokan, penjambretan, penodongan, korupsi, manipulasi, dan berbagai upaya untuk cepat kaya tanpa kerja keras. Untuk mengatasi semua kenyataan tersebut tidak cukup hanya dilakukan tindakan represif akan tetapi harus melalui penanaman akhlakul karimah. Tanpa upaya prefentif, segala bentuk upaya represif tidak akan mampu menyelesaikan masalah, karena semua pelaku kejahatan selalu patah tumbuh hilang berganti.

Serangkaian fenomena “miring” tersebut merupakan dampak negatif dari modernitas yang ada di tengah-tengah kita. Hidup di era global ini tidak memungkinkan untuk melarikan diri dari kenyataan modernitas. Modernitas tidak perlu dijauhi, karena kesalahannya tidak terletak pada modernitasnya itu sendiri, tetapi pada tingkat komitmen nilai dari moralitas bangsa dan umat dalam merespon arus modernitas yang semakin sulit dibendung.

Di dalam menyongsong kemajuan zaman, bangsa Indonesia harus memiliki moral kualitas unggul. Bangsa yang unggul dalam perspektif Islam adalah bangsa yang berakhlakul karimah. Hal ini selaras dengan sabda Rasulullah

Artinya: “Sesungguhnya yang paling unggul di antara kamu adalah orang yang paling baik akhlaknya” (H.R. Bukhari).

Bahkan dalam Hadits lain Rasulullah bersabda:

Artinya: “Yang disebut bagus adalah bagus akhlaknya”. (H.R. Muslim).
Akhirnya, jelas urgensi pendarah-dagingan akhlak bagi bangsa yang mayoritas Muslim seperti bangsa Indonesia ini.

E. Makna Amanah Dalam Konteks Akhlak Bangsa

Dari segi bahasa, amanah ada hubungannya dengan iman dan aman.
Artinya sifat amanah itu dasamya haruslah pada keimanan kepada Alloh
SWT, dan dampak dari sifat amanah , atau pelaksanaan dari hidup
amanah itu akan melahirkan rasa aman, rasa aman bagi yang
bersangkutan dan rasa aman bagi orang lain. Seperti yang tersebut di
muka, dari Al Qur'an amanah dapat difahami sebagai sikap kepatuhan
kepada hukum, tanggung jawab dan sadar atas implikasi dari suatu
keputusan. Dalam hadis amanah dapat difahami sebagai titipan dan juga
sebagai komitmen. Dalam konteks kehidupan berbangsa amanah artinya
semangat kepatuhan kepada hukum, baik hukum Tuhan yang universal
maupun hukum positip (nilai maupun bunyinya), bertang­gung jawab
kepada Tuhan, negara dan diri sendiri, serta sadar atas implikasi
dari suatu keputusan yang mungkin akan menimpa banyak pihak.

1. Amanah Dalam arti Kepatuhan Kepada Hukum

Hukum, baik hukum agama maupun hukum negara dimaksud untuk mengatur kehidupan manusia sebagai makhluk yang beradab, yang membedakannya dari hewan. Pelaksanaan hukum dimaksud untuk membela manusia agar mereka tetap terhormat sebagai manusia, menjamin agar setiap orang dilindungi hak-haknya dan dijamin keberadaanya di jalan kebenaran dan keadilan. Dengan hukum manusia bisa bergaul, berjuang dan bersaing secara fair sehingga setiap orang berpeluang sama untuk meraih hak- haknya. Penegakan hukum oleh aparat negara akan memberikan rasa aman dan rasa keadilan kepada masyarakat, dan pada gilirannya akan menumbuhkan apresiasi hukum oleh masyarakat. Pada masyarakat yang telah memiliki apresiasi hukum, pelanggaran hukum oleh warga akan menimbulkan gangguan psikologis pada masyarakat. Pengabaian penegakan hukum oleh aparat hukum akan mengusik rasa keadilan masyarakat, yang pada gilirannya akan melahirkan protes atau malah frustrasi sosial yang dapat mengkristal menjadi ledakan sosial.

Pada masyarakat yang paternalis seperti masyarakat Indonesia, contoh kepatuhan kepada hukum oleh elit sosial akan sangat efektif dalam
menanamkan kesadaran hukum. Demikian juga penegakan hukum tanpa
pandang bulu —terutama kepada kelompok kuat— akan memberikan rasa
keadilan dan kedamaian yang luar biasa kepada masyarakat luas. Hadis
Nabi mengingatkan bahwa kehancuran suatu bangsa antara lain
diakibatkan oleh pelaksanaan hukum yang pilih kasih, jika yang
melanggar hukum orang lemah, hukum ditegakkan, tetapi jika
pelanggarnya orang kuat, hukum tidak ditegakkan. Nabi menga­takan:
Seandainya Fatimah putri Rasul mencuri pasti hukum potong tangan akan
dilaksanakan juga.

Masyarakat amanah secara hukum adalah masyarakat yang menjunjung tinggi hukum-hukum yang telah disepakati mengatur kehidupan mereka, mematuhi rambu-rambunya dan menegakkan sanksi hukum atas pelanggarnya. Bangsa yang memegang teguh amanah dalam perspektip hukum adalah bangsa yang mampu mengelola kehidupan berbangsa dan bernegara dengan sistem hukum yang memenuhi rasa keadilan rakyatnya.

2. Amanah Sebagai Titipan

Sesuatu yang dititipkan adalah sesuatu yang penjagaannya dipercayakan kepada orang yang dititipi hingga suatu saat sesuatu itu akan diambil oleh yang menitipkan. Maksud menitipkan adalah agar sesuatu yang dititipkan itu tetap terjaga dan terlindungi keberadaan­nya. Tanggung
jawab memelihara sesuatu yang dititipkan itulah yang disebut amanah.
Anak adalah amanah Allah kepada orang tuanya dimana orang tua
berkewajiban memelihara dan mendidiknya agar anak itu terpelihara dan
berkembang potensinya hingga ia kelak men­jadi manusia yang
berkualitas sesuai derngan maksud penciptaannya. Isteri adalah amanah
Allah kepada suami dimana suami wajib melin­dunginya dari gangguan
yang datang, baik gangguan fisik maupun psikis' . Demikian juga suami
adalah amanah Allah kepada isteri dimana ia wajib memberikan sesuatu
yang membuatnya tenang, tenteram, aman dalam menjalankan tugas-tugas
hidupnya. Demikian seterusnya, mu-rid merupakan amanah bagi guru,
jabatan merupakan amanah bagi penyandangnya.

Dalam sebuah hadis tentang perkawinan dinyatakan bahwa seorang wanita menjadi halal digauli oleh lelaki (suaminya) dengan menyebut kalimat Allah, dan si suami mengam­bil oper tanggung jawab atas isterinya dengan amanat Allah (wa akhodztumu hunna biamanatillah).

3. Amanah Sebagai Tanggung Jawab

Predikat manusia sebagai khalifah Allah di muka bumi, disamping
mengandung makna kewajiban manusia menegakkan hukum Tuhan di muka bumi juga mengandung arti hak manusia mengelola alam sebagai fasilitasnya. Apakah alam, laut, udara dan bumi memberi manfaat kepada manusia atau tidak bergantung kepada kemampuannya mengelola alam ini. Banjir, kekeringan, tandus, polusi dan sebagainya sangat erat dengan kualitas pengelolaan manusia atas alam. Dalam al Qur'an, tegas disebutkan bahwa kerusakan yang nyata-nyata timbul di daratan dan di lautan merupakan dampak dari ulah manusia yang tidak bertanggung jawab(Q/30:41).

Demikian juga tidak berfungsinya sumberdaya alam bagi kesejahtreraan hidup manusia merupakan akibat dari perilaku manusia yang tidak dapat dipertanggungjawabkan (Q/ 7:96)

Tanggungjawab artinya, setiap keputusan dan tindakan harus diperhitungkan secara cermat implikasi-implikasi yang timbul bagi kehidupan manusia dengan memaksimalkan kesejahteraan dan meminimalkan mafsadat dan mudharat. Setiap keputusan mengandung implikasi-implikasi positif dan negatif, yang mendatangkan keuntungan dan yang mendatangkan kerugian. Jika peluangnya berimbang, maka mencegah hal yang merusak harus didahulukan atas pertimbangan keuntungan (dar'u al mafasid muqaddamun 'al/1 jalb al masalih). Contohnya: menebang hutan itu mudah dalam menambah keuangan negara, te­tapi kerusakan lingkungan yang ditimbulkan akibat penebangan hutan lebih berat dan lebih mahal biaya rehabilitasinya dibanding keun­tungan yang diperoleh.

Pejabat publik (Presiden, Gubemur, Menteri dan seterusnya hingga jabatan terendah) adalah pemegang amanah tanggung jawab. Otoritas yang dipegangnya bukan pada aspek kekuasaan, tetapi pada aspek pengelolaan dan pelayanan, sehingga seorang pemimpin disebut sebagai pelayan masyarakat (sayyid al qaumi khodimuhum). Keputusan yang diambil oleh seorang pejabat publik berpeluang untuk menimbulkan implikasi yang luas kepada kehidupan masyarakat luas. Jika kepu­ tusannya tepat, maka manfaatnya akan dinikmati oleh banyak orang, tetapi jika keputusannya keliru maka dampak negatipnya hams di­ tanggung oleh masyarakat luas.

Seorang pejabat publik dituntut untuk memiliki tanggung jawab besar dalam membuat keputusan, yaknimendatangkan sebanyak-banyaknya manfaat bagi masyarakat dan menekan sekecil mungkin resiko yang hams dipikul orang banyak. Tanggung jawab bagi seorang pejabat publik juga berarti ia layak memperoleh pujian dan penghormatan jika pekerjaannya baik, dan sebaliknya ia dapat dikritik, dicaci, dipecat atau bahkan dihukum pen­jara jika keputusan dirinya keliru. Pemerintah sebagai pemegang Amanah Penderitaan Rakyat artinya Pemerinrtah dibebani tanggung jawab untuk melakukan hal-hal yang dapat mengurangi atau bahkan menghilang­ kan penderitaan yang dirasakan oleh rakyatnya.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Islam sebagai sistem kehidupan yang syamil, kamil & mutakamil (Sempurna dan paripurna) dengan dilandasi aqidah yang salim (Selamat) pada akhirnya membentuk sebuah masyarakat utama. Maka tugas masyarakat yang pertama adalah memelihara aqidah, menjaga dan memperkuat serta memancarkan sinarnya keseluruh penjuru dunia. Bagaimana islam sebagai sebuah sistem dan landasan aqidah yang kuat menghadapi persoalan kontemporer dan bagaimana pula islam memandang hal al-fundamental pada sisi ruang, waktu dan aktivitas kehidupan manusia ? islam sebagai manhaj (jalan/metodologi) memiliki banyak keunggulan yaitu :

1. Kebenaran manhaj islam telah teruji dan sejarah telah menjadi saksi atas keunggulannya .

2. Manhaj islam telah berhasil mencetak umat paling kuat, paling utama, paling sarat kasih sayang, dan paling diberkati diantara bangsa-bangsa yang ada.

3. Dengan kesucian manhaj islam telah berhasil mencetak umat islam dan telah bersemayamnya manhaj ini dalam dada manusia, menjadikannya mudah diterima semua kalangan, mudah dipahami, dan mudah diikuti pesan-pesannya. Apalagi islam juga membenarkan bahkan menanamkan kebanggaan berbangsa dan memberikan bimbingan kepada manusia untuk mencintai tanah airnya. Mengapa demikian ? karena kita harus membangun kehidupan ini diatas nilai-nilai kehidupan kita sendiri, tanpa perlu mengambil milik orang lain. Dan pada yang demikian itulah kita dapatkan hakikat kemerdekaan sosial dan kemuliaan hidup setelah kemerdekaan secara politik.

4. Berjalan diatas jalan ini berarti mengokohkan persatuan arab secara khusus, dan persatuan islam secara umum. Dunia islam dengan segenap jiwanya telah memberikan kepada kita kepekaan perasaan, kelemah lembutan, dan dukungan, sehingga kita menyaksikan sebuah jalinan yang demikian kuat antara kita dengan islam, yang keduanya saling memberi dukungan dan saling menghormati. Pada yang demikian itu ada sebuah keberuntungan (peradaban ) yang besar, yang tidak mungkin diingkari oleh siapapun.

5. Manhaj islam adalah manhaj yang sempurna dan menyeluruh. Ia memuat sistem paling utama untuk memandu kehidupan umat secara umum, baik kehidupan lahiriah maupun batiniah. Inilah keistimewaan islam apabila dibandingkan dengan ajaran lain, dimana ia islam meletakkan undang-undang kehidupan umat ini diatas dua pondasi pokok : mengambil yang maslahat dan menjauhi yang madharat.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

TAPAK TILAS FILSAFAT

JUDUL

FILASAFAT ISLAM WILAYAH BARAT

“ PEMIKIRAN IBN RUSYD DAN IBN KHALDUN “4ll4h

A. PERJALAN HIDUP IBN RUSYD

Dunia barat ( eropa ) pantas berterimakasih pada Ibn Rusyd,sebab melalui pemikiran dan karyanyalah Eropa melek peradaban.” Suka atau tidak,filosofi Cordova dan mahagurunya,Ibn Rusyd,telah menembus sampai ke univesitas Paris,” tulis Ernest Barker dalam Legacy of Islam.

Dilahirkan pada 1126 M di Cardova ( spanyol – red) Ibn Rusyd bernama lengkap Abu walid Muhammad ibn Ahmad ibn Muhammad ibn Rusyd.dibarat,ia dikenal sebagai Averrous.keluarganya dikenal memberikan perhatian dan apresiasi besar pada ilmu pengetahuan dan tergolong masyur di koto Cordova.

Itu yang membuat Rusyd kecil haus ilmu dan menunjukkan talen serta kejeniuasan yang luar biasa sejak masa kanaknya.sementara,ayah dan kakeknya pernah menjadi kepala pengadilan di Andalusia.bakat ini pula yang menurun kepada Rusyd,ketika ia diamanati menjabat sebagai qadi ( hakim ) di Sevilla ( spanyol ) dan sebagai qadi al-qudaad ( hakim agung ) di Cardova.

Tak seperti anak-anak seusianya,masa kecil Rusyd dihabiskan untuk belajar berbagai disiplin ilmu : Al-qur’an,tafsir,hadits,fiqih,serta mendalami ilmu-ilmu eksakta seperti matematika,astronomi,logika,filsafat dan kedokteran.

Itu sebabnya,ibn Rusyd dikenal sebagai ahli berbagai ilmu pengetahuan.sebagai qadi al-qudaad,ia dekat dengan para amir (penguasa) Dinasti Al-Muwahhidun yang memerintah saat itu,khususnya dengan Abu Yusuf Yakqub al Mansur,Amir dinasti ketiga Muwahhidun.

Pada saat terjadi peperangan antara Sultan Abu Yusuf dengan kaum Kristen,sultan sangat mengharapkan dorongan dari para ulama dan fuqaha.namun pada saat itu ibn Rusyd mendapat fitnahan dari beberapa kalangan ulama yang tidak suka dengannya,karena ajaran filsafatnya,berupaya menyingkirkan ibn Rusyd dengan cara memfitnah bahwa dia telah menyebar ajaran filsafat yang menyimpang dari ajaran Islam.atas tuduhan itu,Rusyd diasingkan ke suatu tempat bernama Lucena.tak hanya itu,karya-karyanya menyangkut filsafah dibakar dan diharamkan mempelajarinya.

Sejak saat itu,filsafat tak lagi mendapat tempat dan berkembang di dunia Islam.namun beberapa tahun kemudian,Amir Al Mansur memaafkan dan membebaskannya.Ia lalu pergi ke Maroko dan menghabiskan usia hidupnya di Negeri tanduk Afrika Utara ini hingga wafatnya pada 1198 M.dalam usia 72 tahun

Di Negara-negara Eropa,Ibn Rusyd terkenal juga namanya dengan Explainer (al-Syariah ) atau juru tafsir,karena ia seorang penafsir filsafat Aristoteles abad ke II M.Ibn Rusyd juga membuat tiga buah komentar (tafsir)untuk buku-buku Aristoteles,yaitu kecil,pertengahan,dan besar ( al-asqhahar,al-ausath,dan akbar ) yang dinamakan paraphase oleh ahli sejarah modern.sebagian besar dari komentar ini telah diterjemahkan dalam bahasa latin dan yahudi.

Dalam komentar besar ia menulis seluruh kata dalam stgirite dengan tulisan Arab.pada akhir kutipan dituliskannya tafsiran (the commentary )dalam komentar menengah dibuatnya kutipan-kutipan dengan istilah magister,maksudnya adalah Aristoteles.dalam komentar kecil ia membebaskan dirinya dari Aristoteles.dan menunjukan dirinya telah matang dalam berfilsafat.disini ia membuat parapashe atau resume yang dalam bahasa Arab disebut Talkhis.

B. POKOK PEMIKRAN IBN RUSYD

1. Agama dan Filsafat

Menurut Ibn Rusyd,syara’tidak bertentangan dengan filsafat,karena filsafat itu pada hakikatnya tidak lebih daripada bernalar tentang alam ini sebagai dalil adanya Pencipta.dalam hal ini syara’pun telah mewajibkan manusia untuk menggunakan akalnya.firman Allah dalam QS.Al-A’raf 185: “ apakah mereka tidak memikirkan (bernalar ) tentang kerajaan langit dan bumi serta sesuatu yang diciptakan Allah “dan dalam ayat lain Allah juga berfirman : “ Hendaklah kamu beri’tibar (mengambil ibarat) wahai orang-orang yang mempunyai pikiran (QS.al-Hasyr : 2 ).

bernalar dan beri’tibar seperti yang tersebut dalam dua ayat diatas hanya dimungkinkan dengan menggunakan qiyas akali (syllogisme ) karena yang dimaksud dengan I’tibar itu tidak lain dari mengambil sesuatu yang belum diketahui dari apa yang telah diketahui (istinbath al-majhu minal ma’lum ) upaya ini disebut kias.

Dengan demikian,bernalar dengan qias akali tentang alam nyata ini adalah wajib.demikian pula dengan nalar falsafi.jika qias fiqih didasarkan pada istinbath dari kedua ayat di atas,maka lebih utama dan wajar jika qias akali diidtinbathkan dari ayat tersebut untuk mengenal Allah.

2. Metafisika

1. Dalil Wujud Allah

Untuk membuktikan adanya Allah,ibn Rusyd mengemukakan tiga dalil yang dipandangnya sesuai,tidak saja bagi orang awam,melainkan juga bagi para filosof.

a. Dalil ‘Inayah ( Pemeliharaan )

Dalil Inayah ini berpijak pada tujuan segala sesuatu dalam kaitan dengan manusia.artinya segala yang ada ini denngan tujuan kelangsungan hidup manusia.pertama,segala yang ada ini sesuai dengan wujud manusia.kedua,kesesuaian ini bukanlah terjadi secara kebetulan,tetapi memang sengaja diciptakan sedemikian rupa oleh Allah Swt.dan yang terakhir,semua anggota badan diciptakan sesuai dengan kebutuhan manusia.oleh karena itu,siapa saja yang hendak mengenal Tuhan wajib mempelajari kegunaan segala yang ada di Alam ini.

b. Dalil ikhtirrik (Penciptaa)

Dalil ini didasarkan pada fenomena ciptaan segala makhluk ini,seperti ciptaan kehidupan pada benda mati dan berbagai jenis hewan,tumbuh-tumbuhan dan sebagainya.

c. Dalil Mauharrik ( gerak )

Dalil ini menjelaskan bahwa gerak ini tidak tetap pada suatu keadaan,tetapi selalu berubah-ubah.dan segala jenis gerak berakhir kepada gerak pada ruang,dan gerak pada ruang berakhir pada yang bergerak dari zat-nya dengan sebab penggerak pertama yang tidak bergerak sama sekali,baik pada zat maupun pada sifat-nya.Dari karena ada yang bergerak,yakni alam ini,maka tentunya ada penggeraknya,dan penggerak ini harus Qadim lagi Azali karena jika tidak demikian,ia tidak sebagai yang awal.penggerak pertama yang azali ini adalah Allah Swt.

2. Sifat-sifat Allah

Pemikiran ibn Rusyd tentang sifat-sifat Allah berfijak pada perbedaan alam ghaib dengan alam realita.Untuk mengenal sifat-sifat Allah,kita harus menggunakan dua cara yaitu tasybih dan tanzih (penyamaan dan pengangkatan 0.cara pertama digunakan dalam menetapkan beberapa sifat positif (ijabiyah) kepada Allah,yakni sifat-sifat yang dipandang sebagai kesempurnaan bagi makhluk-nya.sedangkan cara kedua ialah dengan mengakui adanya perbedaan Allah dengan makhluk-ny dari sisi kekurangan.

3. Manusia

Menurut ibn Rusyd,manusia itu terdiri dari dua unsur,yaitu materi dan forma.jasad adalah materi dan jiwa adalah forma.ia membuat definisi jiwa sebagai “ kesempurnaan awal bagi jisim alami yang organis “.jazad yang terdiri daari empat anasi itu,kedudukannya tidak lebih sebagai alat bagi jiwa dalam mencapai maksudny.Bagi jazad,jiwa itu merupakan kesempurnaan pertama yang membuatnya dapat hidup dan berfungsi.dengan demikian jiwa akan memperoleh kesempurnaan-kesempurnaan lain melalui alat atau rongga bada.lima jenis pembagian jiwa menurut Ibn Rusyd,yaitu :

a. Jiwa Nabati ( an-Nafs Nabati )

Jiwa ini merupakan kesempurnaan jism dari segi makan,tumbuh,dan melahirkan.

b. Jiwa Perasa ( an-Nafs al-Hassasah )

Jiwa ini hanya terdapat pada hewan dengan lima daya yang disebut panca indra,yaitu peraba (al-lams ),pengecap (al-dzuq),Pencium,Penglihat dan indra Pendengar.

c. Jiwa khayal ( an-Nafs Mukhtahaiyyalah )

Jiwa ini merupakan daya yang menahan dalam dirinya apa yang diindrawi setelah ia hilang dari pengamatan.Proses ini lebih sempurna pada saat indra dalam keadaan pasif,seperti tidur.

d. Jiwa berfikir (an-Nafs Nathtiqah)

Jiwa ini adalah daya yang mengetahui makna-makna yang abstrak,terlepas dari kaitan materi,jiwa ini hanya terdapat pada manusia.

e. Jiwa kecendrungan ( an-Nafs an-Nuzu’iyah )

Jiwa ini adalah yang membuat hewan dan manusia cendrung kepada yang disenangi dan menjauhkan diri dari yang menyakiti.

Hal lain yang tidak lepas dari sosok Ibn Rusyd adalah,ketika polimik hebat antara dia dengan Al-Ghazali.ketidak sepakatan Al-Ghazali terhadap filsafat (hingga mengkafirkan Ibn Rusyd ) ia tuangkan dalam buku berjudul Tahafutul Falasifah (kerancuan fasafat ).Rusyd membalas dengan menulis Tahafutut Tahaafut (kerancuan dari kerancuan ).

Polimik hebat keduanya misalnya dalam masalah bangkitnya kembali manusia setelah meninggal.menurut Rusyd,pembangkitan yang di maksud kaum filsuf adalah pembangkitan ruhy,bukan jasmani.pandangan ini berakar dari filsafat mereka tentang jiwa.bagi Rusyd,juga kaum filosof lainnya,yang penting bagi manusia adalah jiwanya.Kebahagiaan dan ketenangan hakiki adalah kebahagian jiwa.sedaang bagi Ghazali,kebangkitan kembali manusia tak hanya ruh,tetapi juga jasmaniah.

Ibn Rusyd juga mengajari kita bagaimana membangun rules of dialoge,dalam kaitan memahami ‘orang lai’ di luar kita.teorinya ini ia dasarkan pada tiga prinsip epistemologis,yaitu :

1. Pertama,keharusan untuk memahami’yang lain’ dalam sistem referensinya sendiri.dalam kasus ini,terlihat dari penerapan metode aksiomatik dalam menafsirkan diskursus filosofis ilmu-ilmu yunani.

2. Kedua,dalam kaaitan relasi kita dengan barat,adalah prinsip menciptakan kembali hubungan yang subur antara dua kutub dengan mengedepankan hak untuk berbeda.Ibn Rusyd membela pendapat bahwa tidak ada kontradiksi antara kebenaran agama dan filsafat,tetapi terjadi harmoni di antara keduanya.harmoni tidak berarti sama dan identik.karena itu,hak untuk berbeda harus dihargai.

3. Ketiaga,mengembangkan sikap toleransi.ibn Rusyd menolak cara-cara Al-Ghazali menguliti para filosof tidak dengan tujuan mencari kebenaran.”tujuan saya”,kata Al-Ghazali “ adalah mempertanyakan tesis mereka dan saya berhasil.”Ibn Rusyd menjawab”,ini tidak swajarnya dilakukan oleh terpelajar karena tujuan orang terpelajar tak lain adalah mencari kebenaran dan bukan menyebarkan keraguan”.

Terlepas dari perbefdaan itu,betapapun Ibn Rusyd telah mengajarkan kita prinsip dan nilai-nilai beragama yang rasional,toleran,dan ramah.pengalaman dan pelajaran yang baik di masa lalu itu pula yang pernah mengantarkan kejayaan Islam di abad pertengahan.

C. PENGARUH IBN RUSYD DI DUNIA BARAT

Pemikiran dan karya-karya Ibn Rusyd sampai ke dunia Barat melalui Emest Renan,seorang penulis dan sejarawan asal Perancis.Renan,penulis biografi Rusyd berjudul Averroes et j’averroisme mengatakan,filosof Rusyd telah menulis lebih dari 20 ribu halaman dalam berbagai disiplin Ilmu.

Apresiasi dunia Barat yang demikian besar terhadap karya Rusyd,kata Alfred Gillaume dalam”warisan islam “ menjadikan Rusyd lebih menjadi milik Ero[a dari pada milik Timur.”Averroisme tetap merupakan faktor yang dalam pemikiran Eropa sampai kelahiran ilmu pengetahuan Aksperimental modern,”tulis Gillaume”.

Ibn Rusyd adalah seorang rasionalis,dan menyatakan berhak menundukan segala sesuatu kepada pertimbangan akal.kecuali dogma-dogma keimanan yang diwahyukan.tetapi ia bukanlah free thinker,atau seorang tak beriman.”tulis philip K.Hitti “.

Setelah Averroes wafat pada tahun 1198 M,pengaruhnya muncul di kalangan filosf Barat,dan setelah tahun 1200 M,tulisan –tulisan filosof Yunani pun tidak tumbuh di kalangan filosaf Islam,tetapi juga berkembang di Barat.filsafat Ibn rusyd baru mendapat pengikut dalam lingkungan Yahudi pada masa Mozes Maimnides ( 1135-1204 ),dan dia inilah yang membuka jalan terhadap pemikiran yunani.

Masyarakat yahudi yang berada di belahan utara pegunungan Pyrences tidak mampu berbahasa Arab,oleh karena itu pada akhirnya karya-karya ibn Rusyd diterjemahkan kedalam bahasa ibrani oleh keluarga Bentibbon.

D. IBNU KHALDUN dan PEMIKIRANNYA

TENTANG FILSAFAT PENDIDIKAN

A. BIOGRAF DAN KARYA IBN KHALDUN

Ibn Khaldun,nama lengkapnya adalah Abdurrahman Zaid bin Khaldun,lahir di Tunasia pada tanggal 1 Ramadhan 732 H,bertepatan dengan tanggal 27 Mei 1332 M.nama kecilnya adalah Abdurrahman,sedangkan Abu Zaid adalah nama panggilan keluarga,karena dihubungkan dengan anaknya yang sulung,Waiuddin adalah kehormatan dan kebesaran yang dianugerahkan oleh raja Mesir sewaktu ia diangkat menjadi ketua pengadilan di Mesir.

Adapun asal-usul ibn khaldun menurut Ibn Hazm ulama Andalusia yang wafat tahun 457 H/1065 M,disebut bahwa : keluarga Ibn Khaldun berasal dari Hadramaut di Yaman,dan kalau ditelusuri silsilahnya sampai kepada sahabat Rasulullah yang terkenal meriwayatkan kurang lebih 70 hadits dari Rasulullah,yaitu Wail bin Hujr.Nenek moyang Ibn Khaldun adalah Khalid bin Usman,masuk Andalusia (spanyol ) bersama-sama para penakluk berkebangsaan Arab sekitar abad ke VII M.karena tertarik oleh kemenangan-kemenangan yang dicapai oleh tentara Islam.ia menetap di Camona,suatu kota kecil yang terletak ditengah-tengah antara tiga kota yaitu Cordova,Granada dan Seville,yang dikemudian hari kota ini menjadi pusat kebudayaan Islam di Andalusia.

Pada abad ke VII M,anak cucu Khaldun pindah ke Sevilla yang pada masa pemerintahan Amir Abdullah Ibnu Muhammad dari Bani Umayyah ( 274-300 H) Andalusia dalam suasana perpecahan dan perebutan kekuasaan dan yang paling parah adalah Sevilla.dalam suasana seperti itu anak cucu Khaldun yang bernama Kuraib mengadakan pemberontakan bersama Umayyah Ibn Abdul Ghofir,dia berhasil merebut kekuasaan dan mendirikan pemmerintahan (sebagai Amir ) di Sevilla.akan tetapi karena kekejaman dan kekerasannya dia tidak disenangi rekyat dan akhirnya meninggal terbunuh pada tahun 899 H.

Banu Khaldun tetap tinggal di Sevilla selama pemerintahan Umayyah dengan tidak mengambil peranan yang berarti sehingga datangnya pemerintahan raja-raja kecil ( al-Thowalif ) dan Sevilla berada dalam kekuasaan Ibnu Abbad.Pada masa itulah bintang Banu Khaldun meningkat lagi sampai pada pemerintahan Al-Muwahidun.

B. KARYA-KARYA IBNU KHALDUN

Ibn Khaldun terkenal sebagai olmuwan besar adalah karena karyanya “ Muqadimah “ rasnya memang aneh ia terkenal justru karena Muqadimahnya bukan karena karya yang pokok ( al-‘Ibar ),namun pengantar al-‘Ibarnyalah yang telah membuat namanya diagung-agungkan dalam sejarah intelektualisme.karya munomentalnya itu telah membuat para sarjana baik di Barat maupun di Timur begitu mengagumina.Sampai-sampai windellband dalam filsafat sejarahnya menyebutnya sebagai “ Tokoh ajaib yang Sama sekali lepas,baik dari masa lampau maupun masa yang akan datang.”

Sebenarnya Ibn Khaldun sudah memulai kariernya dalam bidang tulis menulis semenjak masa mudanya,ttkala ia ia masih menuntut Ilmu pengetahuan,dan kemudian dilanjutkan ketika ia aktif dalam dunia Politik dan pemerintahan.Adapun hasil karyanya yang terkenal diantaranya adalah :

1. Kitab Muqadimah,yang merupakan buku pertama dari kitab al-‘ibar,yang terdiri dari bagian muqadimah (pengntar ).Buku pengantar yang panjang inilah yang merupakan inti dari seluruh persoalan ,dan buku tersebut pulalah yang mengangkat nama Ibn Khaldun menjadi begitu harum.Adapun tema Muqaddimah ini adalah gejala-gejala sosial dan sejarahnya.

2. Kitab al-‘Ibar,wa Diwan al-Mubtada’wa al-khabar,fi ayyam al-‘arab wa al ‘ajm wa al-Barbar,waman Asharuhum min dziwi as-Sulthani al-akbar.( Kitab pelajaran dan Arsip sejarah zaman permulaan dan zaman Akhir yang mencakup peristiwa Politik mengenai orang-orang arab,Non Arab,dan Barbar,serta raja-raja besar yang semasa dengan mereka),yang kemudia terkenal dengan kitab ‘ Ibar,yang terdiri dari tiga buku :

a. Kitab Muqadimah,atau Jilid Pertama yang berisi tentang Masyarakat dan ciri-cirinya yang hakiki,yaitu Pemerintahan,kekuasaan,pencaharian,penghidupan,keahlian dan Ilmu pengetahuan dengan segala sebab dan alasannya.

b. Buku kedua terdiri dari empat Jilid,yaitu jilit kedua,ketiga,keempat,dan kelima menguraikan tentang sejarah bangsa Arab,generasi-generasi mereka serta dinasti-dinasti mereka.disamping itu juga mengandung ulasan tentang bangsa terkenal dena Negara yang sezaman dengan mereka,seperti bangsa syiriah,Persia,Yahudi (Israel),Yunani,Romawi,Turki,dan franka (orang-orang Eropa).

c. Buku ketiga terdiri dari dua Jilid yaitu Jilid keenam,julid ketujuh,yang berisi tentang sejarah bahasa Barbar dan Zanata yang merupakan bagian dari meraka,khususnya kerajaan dan Negara-negara Maqhribi (Afrika Utara).

3. Kitab al-Ta’rif bi Ibn Khaldun wa Rihlatuhu Syarqo wa Gharban atau disebut al-Ta’rif,dan oleh orang-orang Barat disebut dengan Autobiografinya secara sistematis denngan menggunakan metode ilmiah,karena terpisah dalam bab-bab,tapi saling berhubungan antara satu dengan yang lain.

C. PEMIKIRAN IBNU KHALDUN TENTANG FILSAFAT PENDIDIKAN

1. Pengertian dan tujuan Pendidikan menurut Ibnu Khaldun.

Menurut Ibnu Khaldun bahwa Pendidikan bukanlah suatu aktivitas yang semata-mata bersifat pemikiran dan perenungan yang jauh dari asfek-asfek pragmatis didalam kehidupan,akan tetapi Ilmu dan Pendidikan merupakan gejala konklusif yang lahir dari terbentuknya masyarakat dan perkembangannya dalam tahapan kebudayaan.menurutnya bahwa ilmu dan pendidikan tidak lain merupakan gejala sosial yang menjadi ciri khas jenis insani.

Didalam Muqaddimahnya ibnu Khaldun mengatakan : Barangsiapa tidak terdidik oleh orang tuanya,maka akan terdidik oleh Zaman,maksudnya barang siapa memperoleh tata krama yang dibutuhkan sehubungan pergaulan bersama melalui mereka yang mencakup guru-guru dan para sesepuh.Dan dia mencapai kesempurnaan bentunya melalui Ilmu Pengetahuan yang dicari melalui organ tubuhnya sendiri.setlah manusia mencapai eksentesinya,dia siap menerima apa yang dibawa para Nabi dan mengamalkannya demi akhiratnya.Maka dia selalu berfikir tentang semuanya.Dari pikiran ini tercipta berbagai Ilmu pengetahuan dan keahlian-keahlian.kemudian manusia ingin mencapai apa yang menjadi tuntutan wataknya,yaitu ingin mengetahui segala sesuatu,lalu dia mencari orang yang lebih dulu memeliki ilmu atau kelebihan.setalah itu pikiran dan pandangannya dicurahkan pada hakekat kebenaran satu demi satu serta memperhatikan peristiwa-peristiwa yang dialaminya yang berguna bagi esensinya.Akhirnya dia menjadi terlatih sehingga pengajaran terhadap gejala hakekat menjadi suatu kebiasan (malakah) baginya.Ketika itu ilmunya menjadi suatu ilmu sepesial,dan dari sinilah timbul pengajaran.Inilah yang oleh Ibnu Khaldun dikatakan bahwa ilmu pengetahuan merupakan hal yang alami didalam peradaban manusia.

Adapun tujuan pendidikan menurut Ibnu Khaldun,bahwa didalam Muqaddimahnya ia tidak merumuskan tujuan pendidikan secara jelas,akan tetapai dari uraian tersirat,dapat diketahui tujuan yang seharusnya didalam pendidikan.Dalam hal ini al-Toumy mencoba menganalisa isi Muqaddimahnya dan ditemukan beberapa tujuan pendidikan yang hendak dicapai.Dijelaskan menurutnya ada enam tujuan yang hendak dicapai melalui pendidikan,antara lain :

1. Menyiapkan seorang dari segi keagamaan,yaitu dengan mengajarkan ayair-syair agama menurut al-Qur’an dan Hadits Nabi sebab dengan jalan itu potensi iman itu diperkuat,sebagaimana dengan potensi-potensi lain yang jika mendarah daging ia seakan-akan menjadi fithrah.

2. Menyiapkan seseorang dari segi akhlak.Hal ini sesuai pula dengan apa yang dikatakan Muhammad AR,bahwa hakekat pendidikan menurut Islam sesungguhnya adalah menumbuhkan dan membentuk kepribadian manusia yang sempurna melalui budi luhur dan akhlak mulia.

3. Menyiapkan seseorang dari segi kemasyarakatan atau sosial.

4. Menyiapkan sesorang dari segi Vokasional atau pekerjaan.ditegaskannya tentang pentingnya pekerjaan sepanjang umur manusia,sedang pengajaran atau pendidikan menurutnya termasuk di antara ketrampilan-ketrampilam itu.

5. Menyiapkan seseorang dari segi pemikiran,sebab dengan pemikiran seseorang dapat memegang berbagai pekerjaan atau ketrampilan tertentu.

6. Menyiapkan seseorang dari segi kesenian,di sini termasuk musik,syair,khat,seni bina dan lain-lain.

Dari penjelasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa pendidikan bukan hanya bertujuan untuk mendapatkan ilmu pengetahuan akan tetapi juga untuk mendapatkan keahlian.Dia telah memberikan porsi yang sama antara apa yang akan dicapai dalam urusan ikrowi dan duniawi,karena baginya pendidikan adalah jalan untuk memperoleh rizki.Maka atas dasar itulah ibnu Khaldun beranggapan bahwa targrt pendidikan adalah memberikan kesempatan kepada pikiran utnuk aktif dan bekerja,karena dia memandang akitvitas ini sangat penting bagi terbentunya pikiran dan kematangan individu.karena kematangan berfikir adalah alat kemajuan ilmu industri dan sistem sosial.

Dari rumusan yang ingin dicvapai Ibnu Khaldun menganut prinsip keseimbangan.Dia ingin anak didik mencapai kebahagian dunia dan sekaligus Ukhrowinya kelak.Berangkat dari pengamatan terhadap rumusan tujuan pendidikan yang ingin dicapai Ibnu Khalsun ,secara jelas kita dapat melihat bahwa ciri khas pendidikan Islam yaitu sifat Moral regilius nampak jelas dalam tujuan pendidikannya.Dengan tanpa mengabikan masalah-masalah duniawi.sehingga secara umum dapat kita katakan bahwa pendapat ibnu Khaldun tentang pendidikan telah sesuai dengan prinsip-prinsip pendidikan Islam yankni aspirasi yang bernafas agama dan moral.

E. KESIMPULAN

Tentang Filsafat Pendidikan dalam pandangan Ibnu Khaldun ada beberapa hal yang menurut hemat kami perlu mendapat perhatian.

Yakni bahwa sebagai ilmuan yang juga sejarawan Ibnu Khaldun telah banyak turut mewarnai pemikiran-pemikiran tentang pendidikan.dia telah mencanangkan dasar-dasar dan sistem pendidikan yang patut diteladani baik di masa lalu maupun masa sekarang.dari segi metode,materi,maupun kurikulum yang ditawarkan secara keseluruhan pantas untuk dikaji dan dicermati.Walaupun didalam menuangkan tentang pandangannya terhadap filsafat pendidikan Ibnu Khaldun hanya mengemukakan secara garis basar,namun harus diakui bahwa sumbangannya terhadap proses pendidikan cukuplah besar.Dia telah menyajikan pandangan-pandangannya dalam bentuk orientasi umum,sehingga dia mengatakan bahwa aktifitas pendidikan bukan semata-mata bersifat pemikiran dan perenungan.akan tetapi ia merupakan gejala sosial yang menjadi ciri khas jenis insani.dan karenanya ia harus dinikmati oleh setiap makhluk sosial yang bernama manusia.karena orientasi pendidikan menurutnya adalah bagaimana bisa hidup bermasyarakat.

Sementarai ti ibnu Khaldun melihat bahwa penguasaan terhadap bahasa nerupakan prasyarat bagi keberhasilan suatu pendidikan.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

SISTIM PENDIDIKAN RASULULLAH

Nama : Amran Jaya

PENDIDIKAN ISLAM PADA MASA RASULULLAH

MEKKAH dan MADINAHAmran di Awan

RANGKUMAN / RINGKASAN MATERI

Hasil pendidikan Islam periode Rasulullah terlihat beberapa ahli dalam berbagai bidang antara lain ;

1. Umar bin Khatab ahli Hukum dan pemerintahan

2. Abu Hurairah ahli hadist

3. Salma al Farisi ahli perbandingan agama : Majusi,Yahudi,Nasrani dan Islam

4. Ali ibn Abi Thalib ahli hukum dan Tafsir Al-qura’an dll.

Pendidikan Islam Periode Rasulullah,fase Makkah dan Madinah para aktivis pendidikan dapat menyerap berbagai teori dan prinsip dasar yang berkaitan dengan pola-pola pendidikan dan intraksi sosial yang lazim dilaksanakan dalam setiap manajemam pendidikan Islam.

Pola pendidikan Rasulullah tidak terlepas dari metode,evaluasi,materi,kurikulum,pendidikan,peserta didik,lembaga,dasar,tujuan dan sebagainya yang bertalian dengan pelaksanaan pendidikan Islam,baik secara teoritis maupun praktis.

Pendidikan Islam pada masa rasulullah dibagi kedalam beberapa tahap,yaitu :

I. Tahap Pendidikan Islam pada fase Makkah

Pola pendidikan dengan metode Dakwah yang dibagi kedalam tiga tahap ;

1. Tahap Pendidikan Islam Secara Rahasia dan Perorangan.

Pada awal turunnya wahyu pertama ( the fist revelation ) al-Qur’an surah 96 ayat 5,pola pendidikan dilakukan secara sembunyi-sembunyi.dikarenakan kondisi sosial politik belum stabil.pendidikan dilakukan mulai dari dirinya sendiri dan keluarga terdekat.yang pertama Rasulullah mendidik Istrinya kemudian diikuti anak angkatnya Ali Ibn Abi Thalib dan Zaid ibn Harist (pembantu rumah tangga ) kemudian secara berangsur-angsur ajakan tersebut disampaikan secara meluas. Kepada kalangan sahabat seperti :

- Abu Bakar Siddiq

- Usman ibn Affan

- Thalha bin Ubaidillah

- Abu ubaidillah ibn Jahrah

- Arkam ibn Arkam

- Fatimah binti Khattab

- Said ibn Said

Mereka yang tahap awal mendapat pendidikan Islam disebut “Assabiguna al awwalun “(orang-orang yang pertama masuk Islam ).sebagai pusat Pendidikan Islam yang pertama pada Era awal ini adalah Rumah “Arqam ibn Arqam”

Pendidikan sistem sembunyi-smbunyi berlangsung selama tiga tahun.

2. Tahap Pendidikan Islam secara terang-terangan

Pendidikan secara terang-terangan dilakukan setelah turun wahyu berikutnya pendidikan dilakukan denngan cara mengundang keluarga terdekat untuk berkumpul dibukit “shafa”.adapun materi yang disampaikan tentang kiamat dan azab allah dikemudian hari bagi orang-orang yang tidak mengakui Allah sebagai Tuhan yang maha esa dan Muhammad sebagai utusannya.

3. Tahap Pendidikan Islam Untuk Umum

Dari pendidikan terang-terangan kemudian Rasulullah mengubah strategi pendidikannya menjadi pola yang terfocus dalam seruan skala “Internasional”yang didasari perintah Allah Surah Al-Hijr Ayat 94-95.

Strateginya pendidikan dengan mengunjungi kemah-kemah para jemaah haji.pada awalnya yang menerimah adalah jemaah Haji dari Yastrib,kabilah Khazraj.dari sinilah sinar Islam memancar ke luar Makkah.

Faktor-faktor masyarakat Yatsrib menerima ajaran Islam adalah :

1. Adanya kabar dari kaum yahudi akan lahirnya seorang Rasul;

2. Suku Aus dan khazraj mendapat tekanan dan ancaman dari kelompok yahudi;

3. Konflik antara khazraj dan Aus yang berkelanjutan dalam rentang waktu yang sudah lama.

Seluruh penduduk Yastrib masuk Islam kecuali Yahudi,pada musib haji berikutnya 73 orang jemaah haji dari Yastrib menetapkan keimanan kepada Allah dan Rasulnya,ditempat yang sama dengan pelaksanaan “ Baiah al Aqabah I” tahun lalu yang dikenal dengan “ Baiah al Aqabah II”

A. MATERI PENDIDIKAN ISLAM

Pada Fase Makkah dibagi dua bagian,yaitu :

1. Pendidikan tauhid (difocuskan kepada tauhid Nabi Ibrahim)

Secara teoritis inti ajaran terdapat dalam kandungan surah Al-Fatihah dan surah Al-Ikhlas.

2. Pengajaran Al-Qur’an,yang dirinci kepada ;

- Baca tulis Al-qur’an ( Imla’dan Iqra’)

- Hafalan ayat-ayat al-qur’an

- Pemahaman al-Qur’an (fahmi al-Qur’an dan tafsir al-Qur’an )

Tujuannya materi tersebut adalah untuk meluruskan pola fikir umat Islam yang dipengaruhi pola fikir Jahiliyah.

B. METODE PENDIDIKAN ISLAM RASULULLAH

Metode pendidikan yang digunakan Rasulullah :

1. Metode ceramah

2. Metode diologis

3. Metode Diskusi

4. Metode perumpamaan

5. Metode cerita

6. Metodi pembiasaan dan praktek

7. Metode hafalan

C. KURIKULUM PENDIDIKAN RASULULLAH

Kurikulum pada masa rasulullah di Makkah maupun di Madinah “Qur’ani”

D. LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM RASULULLAH

1. Rumah Arqam ibn Arqam ( hukum-hukum dasar islam )

2. Kuttab ( difocuskan baca tulis,syair arab,dan berhitung )

II. FASE MADINAH

A. LEMBAGA PENDIDIKAN

1. Msjid

B. MATERI PENDIDIKAN

1. Ukhuwah ( Persaudaraan )

2. Kesejahtraan Sosial

3. Kesejahtraan keluarga kaum kerabat

4. Pendidikan Hankam (pertahanan dan keamanan )

Kurikulum yang digunakan di Makkah dan Madinah sama yaitu Al-Qur’an.hanya dimadinah lebih komplit.seiring berangsur-angsur al-Qur’an diturunkan.

PERTANYAAN

Isilah dengan jelaskan denngan singkat,pertanyaan dibawah ini !

1. Salman al-farasi adalah seorang ……………………………………………………………………………………………………..

2. Jelaskan yang dimaksud dengan tahap pendidikan Islam skala Internasional pada masa rasulullah ! ……………………………………………………………………………..

……………………………………………………………………………………………………..

3. Pada awalnya turun Al-Qur’an ( the fist revelation ) pendidikan islam dilakukan dengan cara ……………………………………………………………………………………..

……………………………………………………………………………………………………….

4. Sebutkan metode pendidikan Islam yang digunakan Rasulullah ! ……………………..

……………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………….

…………………………………………………………………………………………………………….

5. Sebutkan kurikulum yang digunakan Rasulullah,dalam memberikan pendidikan Islam pada fase Makkah dan Madinah ! …………………………………………………….

…………………………………………………………………………………………………………

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

" CD SOFTWERE PENULISAN BAHASA ARAB "


  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

UBUDIYAH LAHIR DAN UBUDIYAH BATIN

" Apabila Allah menjadikan kamu selalu mengikuti perintahnya dan memberi pertolongan kepadamu pada dhahirnya,dan menjadikan kamu rela terhadap kepastiaannya dalam batinnya,ini bearti bahwa Allah telah memberikan kenikmatan yang sangat besar kepadamu "

               Sebagai seorang Muslim kita wajib senantiasa menghadirkan hati nurani kita beserta 
allah,artinya senantiasa ingat disaat atau ditempat dimanapun kita berada.Sebab dengan jalan demikian itulah Allah SWT.akan mencintai kita dengan melaksanakan itu pula permohonan kita akan selalu didengar olehnya dan akan dikabulkan.Janganlah kita terpesona dengan segala sesuatu yang tampak indah menurut lahiriyahnya,namun kita  wajib lebih memperhatikan urausannya yang erat dengan hubungannya dengan kesucian jiwa dan hati.Rasulullah bersabda :
" Innallahaaha laa yandhuru ilaa shuwarikum wa'maalikum wa innamaa yandhuru ilaa quluubikum wa niyyaatukum "

artinya : sesungguhnya Allah itu tidak akan melihat atau memperhatikan prihal bentuk rupamu,juga tidak akan memberikan penilaian prihal amal perbuatanmu ( sebab belum tentu dilakukan dengan keikhlasan ),tetapi Allah itu melihat serta menilai pada isi hatimu serta niatmu disaat mengerjakan sesuatu itu "

             Oleh sebab itu sesuaikan ucapan kita dengan amal perbuatan yang kita lakukan,dan sesuaikan pula amal perbuatan itu dengan niat yang terkandung dalam qalbu,sedangkan niat itupun wajib disesuaikan dengan keihklasan dengan kesucian jiwa dan hati.Jadi hatilah yang memegang peranan utama dalam segala ucapan dan perbuatan,bahkan disitu pula asal mula timbulnya segala hal,yang baik maupun yang buruk.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

"SIFAT-SIFAT ZAT DAN SIFAT-SIFAT AF'AL ALLAH SWT"

Ass.wb.wr.
Saudaraku yang seIman dan seAgama,...


sifat-sifat Allah Swt,itu ada yang termasuk dalam sebutan sifat-sifat zat dan ada yang termasuk dalam sebutan sifat-sifat Af'al (perbuatan ).

Sifat-sifat Zat yaitu sifat Tsubutiah atau sifat-sifat Maknawiyah,yakni sifat hidup,mengetahui,kuasa,berkehendak,mendengar,melihat darn berfirman.Adupun sifat-sifat itu ialah seperti sifat menciptakan dan memberi Riski.Jadi Allah yang maha menciptakan dan pemberi Riski dialah yang membuat makhluk ini dan juga mengaruniakan riski pada mereka.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

"SHALAT ADALAH TEMPAT MENCURAHKAN HAJAT KEPADA ALLAH SWT"

Shalat itu tempat bermunajat dan tempat mencurahkan kasih seorang hamba kepada Allah swt.Serta kasih sayang Allah terhadap hambanya yang dapat menampung segala rahasianya di dalam Shalat itu,dan menjadi terbit pula cahaya Ma'rifat"
          Manfaat atau hasil yang diperoleh dari shalat itu ialah tempat menyampaikan hajat kepada Allah,di situ kita berhadapan langsung dengannya tanpa ada penghalangnya.Segala hajat kita diperdengarkan serta shalat itu tempat mencurahkan kasih sayang hamba kepada Allah,juga sebaliknya kasih sayangnya Allah terhadap manusia yang akhirnya terbitlah cahaya-cahaya Ma'rifat dari jiwa orang itu.
 Allahu Akbar !!!

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS